ABSTRAK
Keberadaan anak jalanan tidak lepas dari hiruk-pikuk kota besar. Anak jalanan
merupakan fenomena kota besar di mana saja. Semakin pesat perkembangan sebuah kota semakin
cepat pula peningkatan jumlah anak jalanan. Alasan ekonomi selalu menjadi jawaban mengapa mereka hidup dijalan
Banyaknya
anak jalanan yang menempati fasiltas-fasilitas umum di kota-kota, bukan
disebabkan oleh faktor penarik dari kota itu sendiri. Sebaliknya adapula
faktor-faktor pendorong yang menyebabkan anak-anak memilih hidup di jalan.
Kemiskinan bukan faktor utama mereka hidup
di jalanan. Tetapi, tidak sedikit dari mereka berasal dari keluarga yang
diwarnai dengan ketidakharmonisan, misalnya perceraian kedua orang tua mereka.
Bekerja dan
mencari uang memang sudah menjadi hal wajib yang harus dilakukan setiap anak
anak jalanan. Sayangnya, hampir seluruh dari anak-anak tersebut sudah melupakan
hal penting, yaitu pendidikan. Bagi mereka, uang lebih berharga
daripada pengetahuan.
Ironisnya,
hampir seluruh jajaran pemerintahan seolah angkat
tangan dalam menangani anak anak jalanan. Malah terkadang pemerintah melakukan
operasi atau razia, baik untuk gepeng (gelandangan dan pengemis), maupun
anak-anak jalanan. Padahal itu bukanlah suatu solusi, karena cara mengatasi
meningkatnya jumlah anak-anak jalanan adalah dengan cara menangani penyebabnya,
yaitu kemiskinan.
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Generasi muda
memiliki tanggungjawab yang besar untuk kemajuan masa depan Indonesia. Merekalah yang akan membangun bangsa ini
kelak dengan pengetahuan dan kemampuannya bersaing di dunia global. Tugas utama
generasi muda adalah membawa bangsa Indonesia dalam bidang politik, ekonomi,
dan kebudayaan bersama bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Tanggungjawab
generasi penerus bangsa ini sangat penting, perlu pembekalan melalui
pembelajaran yang matang dan mantap sejak dini agar tidak terjerumus dalam
suatu permainan politik.
Harapan
bangsa ini kepada generasi muda sangat besar, akan tetapi harapan itu menjadi
keraguan ketika melihat kenyataan yang ada saat ini. Yaitu banyak generasi
penerus bangsa yang tidak mampu mendapatkan pendidikan yang layak dan tuntas
yang seharusnya mereka dapatkan. Masih banyak generasi muda yang terlantar di
jalanan, di tempat yang tidak semestinya mereka berada. Namun demikian, itulah
kenyataan hidup generasi penerus bangsa saat ini.
Salah satu
fenomena sosial yang sering kita jumpai di Indonesia terutama di kota-kota
besar adalah masalah anak-anak jalanan. Kini, sosok anak-anak di Indonesia tampil dalam kehidupan yang kian tak
menggembirakan. Hal itu tampak dari kian meningkatnya jumlah anak jalanan. Kondisi anak-anak yang kian terpuruk hanya teramati dari
tampilan fisiknya saja. Padahal di balik tampilan fisik itu ada kondisi yang
memprihatinkan. Kondisi ini disebabkan oleh makin rumitnya krisis di Indonesia
: krisis ekonomi, hukum, moral, dan berbagai krisis lainnya.
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya
adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak
terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan
dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal. Sedangkan
kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan
bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan
di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal
hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan
anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan
kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak.
Kemiskinan menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan tingginya jumlah anak jalanan yang ada di
Indonesia. Tidak susah untuk mengetahui penyebab meningkatnya jumlah anak anak
jalanan di Indonesia. Semakin hari, biaya hidup di negeri ini semakin mahal.
Ketimpangan sosial terjadi di
mana-mana. Hal ini menyebabkan keluarga miskin semakin terpuruk, dan anak-anak
mereka pun turun ke jalan hanya untuk menyambung hidup. Hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya jumlah penduduk,
sementara lapangan pekerjaan yang tersedia sangat terbatas. Akibatnya, banyak
keluarga yang tidak dapat membiayai kebutuhan hidup mereka. Banyaknya jumlah
pengangguran menjadikan pekerjaan yang dilakoni para anak jalanan misalnya mengamen, menjadi sumber penghasilan untuk
mempertahankan hidup mereka. Mereka mengganggap bahwa pekerjaan tersebut dapat
dilakukan dengan mudah dan dapat menghasilkan uang yang cukup untuk
mempertahankan hidup mereka.
Kemiskinan bukan faktor utama mereka hidup
di jalanan. Tetapi, tidak sedikit dari mereka berasal dari keluarga yang
diwarnai dengan ketidakharmonisan, misalnya perceraian kedua orang tua mereka. Hal
ini kadang semakin diperparah oleh hadirnya kekerasan fisik atau emosional
terhadap anak. Keadaan rumah tangga yang demikian sangat potensial untuk
mendorong anak lari meninggalkan
rumah.
Mengentaskan kemiskinan
memang hal yang tidak mudah. Jalan lain yang bisa dijadikan solusi adalah
dengan meningkatkan pendidikan anak anak jalanan yang merupakan aset bangsa
yang berharga. Mereka memiliki hak untuk memperoleh pendidikan seperti
anak-anak lainnya, hal ini merupakan tugas pemerintah dan kita semua untuk ikut
mencerdaskan bangsa.
1.2 TUJUAN
Melihat
kondisi anak jalanan yang memprihatinkan ditengah gemerlap kota besar,
mendorong kami untuk mengetahui sisi lain kehidupan mereka di jalanan. Selain itu
kami ingin mencoba mengetuk hati dan membuka pikiran para pembaca agar memberi
perhatian yang lebih terhadap anak jalanan. Artikel ini tidak hanya kami
sajikan untuk para pembaca tetapi juga sebagai koreksi bagi pemerintah agar
lebih serius menangani masalah anak jalanan sehingga keberadaan anak jalanan
tidak meningkat dimasa yang akan datang.
Untuk mulai menumbuhkan rasa kepedulian dan merealisasikannya terhadap anak
jalanan membutuhkan niat yang begitu luar biasa pada awalnya. Coba kita
pikirkan, waktu kita dalam sehari ada 24 jam, tidak bisakah kita luangkan waktu
kita lima menit dalam satu hari untuk menyapa dan menanyakan kabar mereka, atau
mungkin setengah jam dalam sehari untuk mengajarkan arti dan makna hidup ini
serta dapat memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku anak jalanan
tersebut.
BAB II. METODE
Metode
yang digunakan dalam menulis artikel ini adalah dengan melakukan observasi yang
meliputi wawancara terhadap anak jalanan secara langsung. Observasi ini
dilakukan di daerah sekitar lingkungan Universitas Gunadarma Kalimalang selama
1 hari , didalam proses wawancara terhadap anak jalanan kami mangajukan
berbagai macam pertanyaan sekitar kehidupan mereka di jalanan dan latar
belakang kehidupan keluarganya, seperti :
1.
Faktor apa yang mendorong
mereka hidup dijalanan ??
2.
Selama hidup dijalanan
apa saja yang mereka lakukan untuk mencari uang ??
PEMBAHASAN
Betapa beratnya
hidup dari seorang anak jalan, mereka tidak sekolah, tidur di kolong-kolong
jembatan, mencari uang di jalanan, dan makan apa adanya. Di usia yang masih
sangat dini, mereka (anak jalanan) berusaha mencari nafkah sendiri agar bisa
tetap bertahan dari kerasnya kehidupan yang mereka hadapi ini.
Anak jalanan adalah anak yang
terkategori tak berdaya. Mereka merupakan korban berbagai penyimpangan dari
oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Untuk itu, mereka perlu dibimbing
melalui demokratisasi, pembangkitan ekonomi kerakyatan, keadilan dan penegakan
hukum, partisipasi politik, serta pendidikan luar sekolah.
Anak jalanan, pada hakikatnya, adalah "anak-anak", sama dengan
anak-anak lainnya yang bukan anak jalanan. Mereka membutuhkan pendidikan.
Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan
mental mereka. Sebab, anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak
mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa. Kita tak cukup
memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah,
karena anak membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah fundamen pendidikan.
Tanpa kasih, pendidikan ideal tak mungkin dijalankan. Pendidikan tanpa cinta
menjadi kering tak menarik. Keluarga yang ideal dan kondusif bagi
tumbuh-kembangnya anak, sangat didambakan pula oleh anak-anak jalanan.
Undang-undang dasar mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh Negara (pasal 34 ayat 1), namun kenyataannya kemampuan
pemerintah tidak sebanding dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Jumlah anak terlantar (dimana anak jalanan termasuk
didalamnya) cenderung semakin meningkat, seiring dengan permasalahan kemiskinan
yang belum dapat diatasi.
Anak jalanan juga mempunyai mimpi. Mereka ingin mendapatkan rasa kepedulian
dari berbagai kalangan masyarakat. Rasa kepedulian itu bermacam-macam bentuknya,
bisa dengan menggambar bersama, mengajarkan baca tulis dan berhitung, mengajak
mereka jalan-jalan dan lainnya. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki
sekaligus merealisasikan rasa kepedulian mereka seperti yang diatas.