Rabu, 03 Juli 2013

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ARTIKEL ILMIAH "SEJUTA MIMPI ANAK JALANAN"

ABSTRAK
Keberadaan anak jalanan tidak lepas dari hiruk-pikuk kota besar. Anak jalanan merupakan fenomena kota besar di mana saja. Semakin pesat perkembangan sebuah kota semakin cepat pula peningkatan jumlah anak jalanan. Alasan ekonomi selalu menjadi jawaban mengapa mereka hidup dijalan
Banyaknya anak jalanan yang menempati fasiltas-fasilitas umum di kota-kota, bukan disebabkan oleh faktor penarik dari kota itu sendiri. Sebaliknya adapula faktor-faktor pendorong yang menyebabkan anak-anak memilih hidup di jalan.
Kemiskinan bukan faktor utama mereka hidup di jalanan. Tetapi, tidak sedikit dari mereka berasal dari keluarga yang diwarnai dengan ketidakharmonisan, misalnya perceraian kedua orang tua mereka.
Bekerja dan mencari uang memang sudah menjadi hal wajib yang harus dilakukan setiap anak anak jalanan. Sayangnya, hampir seluruh dari anak-anak tersebut sudah melupakan hal penting, yaitu pendidikan. Bagi mereka, uang lebih berharga daripada pengetahuan.
Ironisnya, hampir seluruh jajaran pemerintahan seolah angkat tangan dalam menangani anak anak jalanan. Malah terkadang pemerintah melakukan operasi atau razia, baik untuk gepeng (gelandangan dan pengemis), maupun anak-anak jalanan. Padahal itu bukanlah suatu solusi, karena cara mengatasi meningkatnya jumlah anak-anak jalanan adalah dengan cara menangani penyebabnya, yaitu kemiskinan.

BAB I. PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Generasi muda memiliki tanggungjawab yang besar untuk kemajuan masa depan Indonesia.  Merekalah yang akan membangun bangsa ini kelak dengan pengetahuan dan kemampuannya bersaing di dunia global. Tugas utama generasi muda adalah membawa bangsa Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan bersama bangsa-bangsa lain di seluruh dunia. Tanggungjawab generasi penerus bangsa ini sangat penting, perlu pembekalan melalui pembelajaran yang matang dan mantap sejak dini agar tidak terjerumus dalam suatu permainan politik.
Harapan bangsa ini kepada generasi muda sangat besar, akan tetapi harapan itu menjadi keraguan ketika melihat kenyataan yang ada saat ini. Yaitu banyak generasi penerus bangsa yang tidak mampu mendapatkan pendidikan yang layak dan tuntas yang seharusnya mereka dapatkan. Masih banyak generasi muda yang terlantar di jalanan, di tempat yang tidak semestinya mereka berada. Namun demikian, itulah kenyataan hidup generasi penerus bangsa saat ini.
Salah satu fenomena sosial yang sering kita jumpai di Indonesia terutama di kota-kota besar adalah masalah anak-anak jalanan.  Kini, sosok anak-anak di Indonesia tampil dalam kehidupan yang kian tak menggembirakan. Hal itu tampak dari kian meningkatnya jumlah anak jalanan. Kondisi anak-anak yang kian terpuruk hanya teramati dari tampilan fisiknya saja. Padahal di balik tampilan fisik itu ada kondisi yang memprihatinkan. Kondisi ini disebabkan oleh makin rumitnya krisis di Indonesia : krisis ekonomi, hukum, moral, dan berbagai krisis lainnya.
Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak.
            Kemiskinan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tingginya jumlah anak jalanan yang ada di Indonesia. Tidak susah untuk mengetahui penyebab meningkatnya jumlah anak anak jalanan di Indonesia. Semakin hari, biaya hidup di negeri ini semakin mahal. Ketimpangan sosial terjadi di mana-mana. Hal ini menyebabkan keluarga miskin semakin terpuruk, dan anak-anak mereka pun turun ke jalan hanya untuk menyambung hidup. Hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya jumlah penduduk, sementara lapangan pekerjaan yang tersedia sangat terbatas. Akibatnya, banyak keluarga yang tidak dapat membiayai kebutuhan hidup mereka. Banyaknya jumlah pengangguran menjadikan pekerjaan yang dilakoni para anak jalanan misalnya  mengamen, menjadi sumber penghasilan untuk mempertahankan hidup mereka. Mereka mengganggap bahwa pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan mudah dan dapat menghasilkan uang yang cukup untuk mempertahankan hidup mereka.
Kemiskinan bukan faktor utama mereka hidup di jalanan. Tetapi, tidak sedikit dari mereka berasal dari keluarga yang diwarnai dengan ketidakharmonisan, misalnya perceraian kedua orang tua mereka. Hal ini kadang semakin diperparah oleh hadirnya kekerasan fisik atau emosional terhadap anak. Keadaan rumah tangga yang demikian sangat potensial untuk mendorong anak lari meninggalkan rumah.
Mengentaskan kemiskinan memang hal yang tidak mudah. Jalan lain yang bisa dijadikan solusi adalah dengan meningkatkan pendidikan anak anak jalanan yang merupakan aset bangsa yang berharga. Mereka memiliki hak untuk memperoleh pendidikan seperti anak-anak lainnya, hal ini merupakan tugas pemerintah dan kita semua untuk ikut mencerdaskan bangsa.

1.2  TUJUAN
Melihat kondisi anak jalanan yang memprihatinkan ditengah gemerlap kota besar, mendorong kami untuk mengetahui sisi lain kehidupan mereka di jalanan. Selain itu kami ingin mencoba mengetuk hati dan membuka pikiran para pembaca agar memberi perhatian yang lebih terhadap anak jalanan. Artikel ini tidak hanya kami sajikan untuk para pembaca tetapi juga sebagai koreksi bagi pemerintah agar lebih serius menangani masalah anak jalanan sehingga keberadaan anak jalanan tidak meningkat dimasa yang akan datang.
Untuk mulai menumbuhkan rasa kepedulian dan merealisasikannya terhadap anak jalanan membutuhkan niat yang begitu luar biasa pada awalnya. Coba kita pikirkan, waktu kita dalam sehari ada 24 jam, tidak bisakah kita luangkan waktu kita lima menit dalam satu hari untuk menyapa dan menanyakan kabar mereka, atau mungkin setengah jam dalam sehari untuk mengajarkan arti dan makna hidup ini serta dapat memberikan kontribusi dalam perubahan perilaku anak jalanan tersebut.

BAB II. METODE
            Metode yang digunakan dalam menulis artikel ini adalah dengan melakukan observasi yang meliputi wawancara terhadap anak jalanan secara langsung. Observasi ini dilakukan di daerah sekitar lingkungan Universitas Gunadarma Kalimalang selama 1 hari , didalam proses wawancara terhadap anak jalanan kami mangajukan berbagai macam pertanyaan sekitar kehidupan mereka di jalanan dan latar belakang kehidupan keluarganya, seperti :
1.      Faktor apa yang mendorong mereka hidup dijalanan ??
2.      Selama hidup dijalanan apa saja yang mereka lakukan untuk mencari uang ??

PEMBAHASAN
Betapa beratnya hidup dari seorang anak jalan, mereka tidak sekolah, tidur di kolong-kolong jembatan, mencari uang di jalanan, dan makan apa adanya. Di usia yang masih sangat dini, mereka (anak jalanan) berusaha mencari nafkah sendiri agar bisa tetap bertahan dari kerasnya kehidupan yang mereka hadapi ini.
  Anak jalanan adalah anak yang terkategori tak berdaya. Mereka merupakan korban berbagai penyimpangan dari oknum-oknum yang tak bertanggung jawab. Untuk itu, mereka perlu dibimbing melalui demokratisasi, pembangkitan ekonomi kerakyatan, keadilan dan penegakan hukum, partisipasi politik, serta pendidikan luar sekolah.
Anak jalanan, pada hakikatnya, adalah "anak-anak", sama dengan anak-anak lainnya yang bukan anak jalanan. Mereka membutuhkan pendidikan. Pemenuhan pendidikan itu haruslah memperhatikan aspek perkembangan fisik dan mental mereka. Sebab, anak bukanlah orang dewasa yang berukuran kecil. Anak mempunyai dunianya sendiri dan berbeda dengan orang dewasa. Kita tak cukup memberinya makan dan minum saja, atau hanya melindunginya di sebuah rumah, karena anak membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang adalah fundamen pendidikan. Tanpa kasih, pendidikan ideal tak mungkin dijalankan. Pendidikan tanpa cinta menjadi kering tak menarik. Keluarga yang ideal dan kondusif bagi tumbuh-kembangnya anak, sangat didambakan pula oleh anak-anak jalanan.
Undang-undang dasar mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara (pasal 34 ayat 1), namun kenyataannya kemampuan pemerintah tidak sebanding dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah anak terlantar (dimana anak jalanan termasuk didalamnya) cenderung semakin meningkat, seiring dengan permasalahan kemiskinan yang belum dapat diatasi.
Anak jalanan juga mempunyai mimpi. Mereka ingin mendapatkan rasa kepedulian dari berbagai kalangan masyarakat. Rasa kepedulian itu bermacam-macam bentuknya, bisa dengan menggambar bersama, mengajarkan baca tulis dan berhitung, mengajak mereka jalan-jalan dan lainnya. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki sekaligus merealisasikan rasa kepedulian mereka seperti yang diatas.